Inilah suasana hati Ayam...
"Lagi-lagi aku dimarah-marahin..."
"Kenapa sih aku terus-terusan diingetin masalah bersih-bersih rumah. Emangnya nggak lihat po kalau aku sibuknya minta ampun? Ngurusin hewan peliharaan, pertanian, bla bla bla..."
"Ah, pasang muka cemberut ah. Mutung! Mutung! Mutung!"
Kira-kira dua jam lebih lima belas menit sebelumnya...
"Wah, tinggal si Ayam nih yang belum datang!"
Memang, hari ini (5 April) direncanakan untuk makan bersama di Asagaya, salah satu restoran bernuansa Jepang. Ayam harus mentraktir rekan-rekan sejawatnya yang ganteng-ganteng ini dalam rangka syukuran atau lebih tepatnya 'balas budi'. Sayang, Rubah tidak hadir untuk meramaikan suasana. Dia baru pulang kampung. Akhirnya kami bertiga plus satu orang berangkat menuju Asagaya sesaat setelah si Ayam datang.
Kami berempat memesan menu yang bertemakan Ramen. Yah, ada yang bilang kalau bakmi itu pertanda umur yang panjang. Sambil makan, kami pun ngobrol macem-macem. Mulai dari yang bagus-bagus sampai tiba saatnya membicarakan sesuatu yang menyebabkan si Ayam mutung habis-habisan. Sekali lagi: tentang kehidupan seorang perempuan yang sudah bukan gadis lagi. Memang si Ayam ini unik sekali, sampai-sampai Babi, Sapi dan Rubah harus merapikan dapur dan membersihkan magic-jar yang menjadi sumber bau-bau tidak sedap. Barulah, kejadian di paragraf paling awal mungkin terjadi.
Bentar, aku berhenti ngetik dulu... (ada sesuatu yang membuat gatal)
Nah, aku lanjut lagi...
Kalau ada dua jam kita di Asagaya, mungkin lama Ayam mutung adalah satu setengah jam sendiri. Satu hal yang aku (dan mungkin yang lain juga) adalah bahwa mungkin makan-makan bersama sambil ngobrol kayak gini tidak akan terulang lagi dalam beberapa tahun atau bulan ke depan. Yah, masing-masing harus pergi mencari jatidirinya sendiri-sendiri. Untuk itulah, aku (dan mungkin yang lain juga) meninggalkan amanat-amanat, yang semata-mata akan berguna suatu saat. Cobalah bayangkan, andai satu tahun ke depan kami sudah mengurusi urusan kami masing-masing. Saat salah satu dari kami ingin bercerita; namun tidak ada waktu dari yang lain.
Makan bersama, tidak harus ada tawa dan canda. Mungkin memang harus ada sedikit pembuat-galau. Bukan untuk menciptakan perselisihan atau salah-paham; justru untuk mendekatkan diri satu dengan yang lainnya. Bagaimana? Tak kenal maka tak sayang, bukan? Atau begini: tak kenal maka cuek-cuek aja?
Cerita ini diketik oleh Sapi, waktu nungguin rendeman baju.
Eh, tiba-tiba ada sesuatu yang membuat gatal di punggung.
Haha.... Peace (^_^)"\/,
Eh, tiba-tiba ada sesuatu yang membuat gatal di punggung.
Haha.... Peace (^_^)"\/,
0 komentar:
Posting Komentar